Link untuk SEO bisa dianalogikan seperti ban untuk mobil. Punya mobil bagus, mesin sehat, bensin penuh, tanpa ban si mobil tidak akan bisa bergerak kemana-mana. Website bagus, server mumpuni, konten berkualitas, tanpa link jangan berharap SEO-nya “ngangkat”.

Ada banyak istilah berkaitan dengan link di kalangan praktisi SEO. Beberapa diantaranya seperti inbound, outbound, link internal, merujuk pada jenis-jenis link yang akan kita bahas disini.

Sisi lain dari link yang tidak kalah penting untuk difahami adalah mengenali link yang memberi manfaat dari sisi SEO. Perlu digarisbawahi bahwa link untuk SEO seperti pedang bermata dua. Bisa memberikan manfaat yang sangat signifikan, bisa juga merugikan bahkan menjadi penyebab kegagalan.

Penggunaan link untuk SEO baru dikenal sejak kehadiran Google. Sebelum itu ranking website pada search engine ditentukan lewat keyword di dalam konten, baik seringnya disebut maupun sebarannya.

Istilah-istilah seperti keyword density yang merujuk pada seringnya keyword muncul di dalam konten atau keyword proximity yang menentukan bagian-bagian konten yang dianggap “keramat” untuk kemunculan keyword menjadi parameter SEO yang berperan penting dalam menentukan ranking pada sejumlah search engine populer saat itu seperti Yahoo atau AltaVista.

Logikanya sangat sederhana kalau tidak boleh dibilang primitif. Semakin sering satu keyword disebut dalam konten, semakin tinggi relevansi konten itu dengan keyword yang dimaksud.

Sayangnya kesederhanaan logika itu menjadi bulan-bulanan praktisi SEO untuk mendongkrak ranking website atau halaman web untuk keyword tertentu meskipun kontennya tidak cukup relevan dengan keyword itu. Cara mereka mengelabui search juga sangat sederhana, dengan menjejalkan keyword sebanyak-banyaknya ke dalam konten.

Dunia SEO mengenal praktek ini dengan istilah “keyword stuffing”.

Mereka menggunakan berbagai cara supaya konten yang dijejali keyword sampai ke tingkat berlebihan itu bisa nyaman dibaca pengunjung. Misalnya menyembuyikannya dengan cara menggunakan warna huruf yang sama persis dengan warna latar belakangnya.

Google Pelopor Link untuk SEO

Google yang dirintis pada tahun 1996 oleh duo mahasiswa program doktoral pada Universitas Stanford, Larry Page dan Sergey Brin membawa perubahan mendasar dalam logika menentukan ranking search engine.

Alih-alih menghitung jumlah keyword di dalam konten, mereka menggunakan pendekatan berbeda dalam menentukan ranking. Algoritma PageRank yang diciptakan Google menentukan rangkin dengan menghitung jumlah dan menentukan nilai link yang mengarah pada website atau halaman web.

“Page” pada PageRank bukan merujuk pada kata yang dapat diterjemahkan kendalam Bahasa Indonesia sebagai “halaman”. “Page” pada PageRank berasal dari nama Larry Page yang menciptakan algoritma itu bersama Sergey Brin.

Dalam dokumen yang dipublikasikan melalui websitya Google menyebutkan bahwa:

“PageRank bekerja dengan cara menghitung jumlah dan menilai kualitas link menuju sebuah halaman web untuk menilai pentingnya halaman web tersebut dibandingkan halaman-halaman web lain. Asumsi dasarnya adalah banyaknya link menuju sebuah website atau halaman web merupakan indikasi kuat kalau website atau halaman web itu merupakan sumber informasi yang berkualitas dan penting.”

Kalau tertarik untuk mengetahui lebih jauh mengenai PageRank, bisa mempelajarinya  disini. Anda juga bisa mempelajari ini dokumen pendaftaran patennya disini. Keduanya merupakan dokumen teknis. Tanpa memiliki pengetahuan yang mumpuni dalam bidang pemrograman dan matematika, mungkin akan sulit untuk memahaminya secara menyeluruh.

Apa Itu Link?

Hyperlink yang lebih sering disebut dalam potongan yang lebih singkat, link, adalah obyek pada halaman web yang jika di-click akan membawa kita ke halaman web yang lain.

Obyek yang bisa di-click ini bisa hadir dalam bentuk teks, gambar, atau tombol.

Jenis-Jenis Link

Link dikelompokkan berdasarkan asal dan tujuannya. Apakah link menghubungkan dua halaman web di dalam satu website (disebut link internal) atau kedua halaman web yang dihubungkan itu berada pada dua webaite yang berbeda (link eksternal).

Search engine dapat dengan mudah membedakan keduannya dengan melihat URL-nya. Jika kedua halaman web yang terhubung oleh link memiliki nama domain yang sama artinya link internal, dan sebaliknya.

Link eksternal punya dua jenis. Inbound link adalah link yang datang dari website lain menuju website kita. Sebaliknya outbound link adalah link keluar dari website kita menuju website lain.

Inbound link memiliki istilah lain yang sangat terkenal di lingkungan dunia SEO, backlink.

Inbound Link untuk SEO

Dari sekian banyak jenis link, inbound link adalah jenis link yang membawa pengaruh paling besar terhadap SEO. Sayangnya pengaruhnya yang besar secara langsung diimbangi oleh tingkat kesulitan untuk mendapatkannya yang jelas tidaklah kecil, terutama untuk website-website baru yang belum menjadi referensi sumber informasi terpercaya.

Untuk memaksimalkan pengaruhnya terhadap SEO, kualitas inbound link harus tinggi. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas inbound link adalah dengan memilih dan memilah website dan halaman web yang akan dijadikan sumber link.

Yang perlu menjadi perhatian serius dari inbound link adalah pengaruh positifnya berjalan dua arah. Bisa positif dan membantu menaikkan ranking, bisa juga sebaliknya, menurunkan ranking bahkan membuat website dijatuhi penalti oleh search engine.

Sumber Inbound Link Berkuitas

Website yang baik dan dinilai sebagai sumber informasi berkualitas sehingga mendapatkan ranking yang tinggi pada daftar hasil pencarian search engine memiliki kredibilitas tinggi, terpercaya, menjadi referensi pada bidangnya.

Dalam terminologi SEO karakteristik website seperti ini disebut sebagai website yang memiliki otoritas tinggi.

Inbound Link Natural

Natural alias alami hampir selalu baik dalam banyak bidang. Dari medis sampai kecantikan. SEO bukan pengecualian. Inbound link yang berkualitas harus terbentuk secara alami.

Lalu bagaimana terbentuknya inbound link yang alami itu?

Meskipun kita menggunakan kata alamiah, link antar website tidak terbentuk sendiri. Pemilik atau pengelola website yang biasa disebut sebagai webmaster-lah yang membuatnya. Pastinya webmaster tidak begitu saja membuat link dari websitenya ke website lain. Pasti ada alasannya.

Alasan webmaster membuat link dari websitenya ke website lain inilah yang menentukan alami tidaknya inbound link yang terbentuk.

Alasan yang tidak alami misalnya dibayar.

Alasan yang alami misalnya karena webmaster atau pembuat konten yang ditugasinya menilai konten pada website kita bisa memperkaya atau menjadi referensi untuk konten yang dibuatnya.

Bisa juga konten yang mereka buat justru mendebat, mengekspresikan sanggahan atau kritik pada konten yang ada di website kita. Dia membuat link bukan untuk memperkaya konten yang dibuatnya tapi untuk menunjukkan apa yang disanggah atau dikritiknya.

Meskipun alasannya bertolak belakang, link yang terbentuk dalam kedua kasus diatas sama-sama alami, berkualitas. Dari kacamata search engine, konten yang berhasil memancing reaksi, positif ataupun negatif, mengindikasikan kualitas, kredibilitas, terpercaya, dan ujungnya otoritas.

Search engine tidak menilai sendiri kualitas halaman web seperti juri. Orang lainlah yang menilai.

Link bagi website – atau tepatnya halaman web – bekerja seperti dukungan suara dalam voting yang menyuarakan nilai positif bagi halaman web kita kepada search engine. Suara inilah yang digunakan search engine untuk menilai otoritas sebuah halaman web.

Kalau inbound link dianalogikan seperti suara dalam voting, jelas jumlah sangat penting. Lebih banyak inbound link, lebih tinggi ranking. Seberapa banyak diperlukan untuk masuk ke halaman pertama hasil pencarian search engine? Top 5? Top 3? Atau bahkan nangkring di posisi teratas untuk kwyword yang relevan?

Tergantung.

Jumlah link sangat penting. Tapi seperti Google menyebut dalam panduannya, “the quantity of links that a page gets is not all that matters”.

Sangat penting. Tapi ada sejumlah parameter lain ya tidak kalah penting.

Selain kuantitas, search engine juga mengevaluasi kualitas dari seiap inbound link untuk SEO yang mengarah ke website atau halaman web kita.

Link untuk SEO Berkualitas Rendah

Ada link yang baik dan memberikan pengaruh positif pada SEO, ada juga link yang justru membawa pengaruh negatif. Pengaruh negatifnya bisa jadi hanya sekedar link itu saja dianggap tidak ada, membuat search engine menurunkan ranking, bahkan membuat search engine menendang website kita keluar dari indeks.

Kalau demikian serius masalah yang bisa ditimbulkan oleh inbound link yang buruk, mengapa orang membuat link yang buruk?

Jawabannya sederhana sekali. Karena membuat satu buah link berkualitas itu sulitnya bukan main. Apalagi banyak. Apalagi untuk website baru.

Mereka yang ingin cepat dan mudah lalu menggunakan segala upaya yang pastinya jauh dari konsep alami agar mendapatkan outbound link untuk SEO.

Search engine dengan jelas memberikan panduan dan rambu-rambu yang pada prinsipnya menyatakan bahwa inbound link yang tidak alami merupakan bentuk pelanggaran. Tapi banyak praktisi memilih mencari aneka cara untuk mengelabui search engine daripada mematuhi rambu-rambu itu. Lalu munculah istilah-istilah black-hat SEO, gray-hat SEO, white-hat SEO, spam link, dan lain-lain.

Ada kalanya search engine dengan cepat dan mudah mendeteksi praktek-praktek pelanggaran.

Tapi sering kali perlu waktu cukup lama sampai search engine bisa mendeteksi dan bereaksi. Dalam hal ini untuk sementara waktu “pelaku” akan merasa kalau langkah yang diambilnya sudah tepat. Sukses mengelabui search engine. Bukannya kena penalty malah meraih ranking tinggi.

Dengan mempekerjakan orang-orang yang punya keahlian mumpuni, search engine tidak pernah berhenti menyempurnakan teknologinya, salah satunya dalam bentuk update algoritma. Jadi kalau kita melakukan pelanggaran, cepat atau lambat pasti terdeteksi juga.

Ada banyak cara yang sering dipakai untuk membuat link berkuitas rendah dan “nyerempet-nyerempet” rambu-rambu search engine. Beberapa yang populer diantaranya:

  • Forum online, baik dalam bentuk posting thread, komentar, ataupun hanya sekedar profil.
  • Komentar pada blog, dimana link dapat disisipkan pada komentarnya itu sendiri ataupun pada profil.
  • Aplikasi buku tamu.
  • Portal Wiki.
  • Pofil pada portal social media.
  • Direktori artikel.
  • Portal tanya jawab.
  • Portal social bookmarking.

Inbound link yang dihasilkan melalui cara-cara ini biasa disebut sebagai artificial link.

Google Penguin

Sebagai search engine yang mendominasi pasar search engine dunia, Google secara terus-menerus menyempurnakan sistemnya. Salah satunya dengan dari waktu ke waktu melakukan update algoritma. Sering kali update algoritma ini diperkenalkan dengan menggunakan “code name” berupa nama-nama hewan.

Salah satu update algoritma Google yang cukup penting adalah Update Penguin, yang membuat Google bisa mengevaluasi kualitas inbound link dengan lebih efektif.

Banyak praktisi SEO mengira setelah implementasi Update Penguin link tidak diperlukan lagi. Ini anggapan yang sepenuhnya salah. Link tetap memegang peranan sangat penting dalam SEO. Link masih tetap merupakan cerminan dari kualitas konten yang membuat search engine menilai website kita layak mendapat ranking tinggi.

Update Penguin meningkatkan efektiviras Google dalam menilai kualitas inbound link. Apakah link berkualitas dan berpengaruh positif terhadap ranking, artificial link yang layak diabaikan, atau malah spam link yang pelakunya harus dijatuhi penalty?

Lalu kenapa banyak praktisi merasa kalau setelah Update Penguin di-release inbound link tidak berpengaruh lagi?

Kemungkinan besar mereka terbiasa menggunakan artificial link.

Sebelum Update Penguin link seperti ini tidak sepenuhnya terdeteksi oleh Google. Banyak yang lolos dan dianggap sebagai inbound link berkualitas sehingga ayak membawa pengaruh positif pada ranking.

Setelah penguin semua tersapu bersih. Pengaruh positif inbound link berkategori artificial link yang mereka miliki tidak ada lagi. Ranking perlahan tapi pasti turun. Lalu mereka injak gas makin dalam. Makin kuat menggenjot “link building”. Sayangnya mereka tetap menggunakan teknik yang sama, memproduksi artificial link. Akibatnya seberapa banyakpun mereka mendapat link pengaruhnya pada ranking tetap tidak ada.

Akhirnya mereka mengambil kesimpulan sejak Update Penguin, inbound link sudah tidak ada gunanya lagi untuk SEO.

Padahal inbound link tetap memainkan peran sangat penting dalam SEO. Bahkan mungkin perannya jauh lebih besar dibandingkan masa pra-Penguin. Hanya saja cara mendapatkan inbound link sekarang sudah tidak lagi bisa menggunakan cara lama.

Pasca-Penguin penekanan pada inbound link yang natural semakin kuat. Karena itu sekarang praktisi SEO tidak lagi berfokus kepada mendapatkan link tetapi kepada membuat konten berkualitas, lalu menarik perhatian orang lain melalui content marketing.

Anchor Text

Aspek kecil tapi sangat esensial soal link, tidak hanya inboubound link saja, adalah “anchor text”. Saking kecilnya sampai sering terlewatkan. Demikian penting karena search engine melihatnya aebagai jembatan relevansi, keterkaitan kontekstual antara konten halaman web yang menjadi sumber link dan konten halaman web tujuan link.

Apa itu anchor text?

Anchor text adalah teks, beberapa huruf atau kata, yang bila di-click akan membawa kita berpindah ke halaman web lain. Bisa pada website yang sama atau website lain.

Sejatinya anchor text ini memberi gambaran, baik kepada pengunjung website maupun kepada search engine, mengenai konten dari halaman web yang dituju kalau anchor text itu di-click.

Pada masanya, anchor text ini menjadi bahan bulan-bulanan para praktisi SEO untuk mendongkrak ranking pada keyword yang mereka targetkan. Caranya dengan membuat banyak link, inbound maupun internal, yang anchor teksnya berupa keyword yang mereka targetkan, tanpa mempedulikan keterkaitan kontekstual antara konten di kedua halaman web yang dihubungkan oleh link itu.

Akhirnya melalui sejumlah update termasuk Penguin, Google mulai “menertibkan” praktek ini.

Sekarang link menggunakan anchor text berbentuk keyword justru membuat kuping Google berdiri. Dia akan langsung menganalisa hubungan kontekstual antara anchor text dan konten secara keseluruhan.

Jika dianggap wajar, akan dinilai positif. Sebaliknya akan “disingkirkan”. Yang disingkirkan bisa sekedar manfaat dari link itu sendiri untuk SEO atau malah sekalian websitenya dikeluarkan dari indeks.

Jadi sekarang selain link yang alami, natural link, kita juga harus memperhatikan anchor text yang alami alias natural anchor text.

Berikut dua hal yang harus mendapat perhatian serius sehubungan dengan anchor text dalam link:

  • Wajarnya saat orang membuat link menuju website lain, outbound link kalau dilihat dari sisi dia, anchor text yang digunakan adalah merk produk atau nama perusahaan. Anchor text berbentuk keyword boleh saja tapi komposisinya harus diperhatikan. Kalau dari sekian banyak link menuju website kita, beberapa diantaranya menggunakan anchor text berbentuk keyword, aman-aman saja. Tapi kalau kebanyakan, apalagi semua inbound link anchor text-nya berbentuk keyword, wassalam.
  • Fikiran orang berbeda-beda. Tujuan orang membuat outboud link berbeda-beda. Hubungan kontekstual antara konten pada kedua halaman web yang dihubungkan juga berbeda-beda. Jadi tidak mungkin dari sekian banyak inbound link yang masuk semuanya menggunakan anchor text yang sama persis. Diversifikasinadalah kuncinya. Ada yang anchor text-nya berbentuk keyword, sinonimnya, merk produk, nama perusahaan, atau sekedar “baca disini”, “click here”, “pelajari lebih lanjut”, dan sebagainya.

Internal Link untuk SEO

Tidak bisa dipungkiri, inbound link merupakan jenis link yang paling penting dalam SEO karena mengalirkan PageRank dari website lain ke website kita.

Makin banyak inbound link menuju website kita, makin banyak PageRank kita dapatkan, makin besar peluang untuk mengangkat ranking.

As the chain of links hops from one page to another, the flow of PageRank gets weaker and weaker.

Link mengalirkan PageRank. Semain panjang rangkaian link, sambung menyambug dari satu halaman ke halaman lain, PageRank teralirkan semakin sedikit. Sementara itu pada kebanyakan website, halaman web yang paling banyak mendapat inbound link adalah home page. Jadi wajar kalau PageRank terkonsentrasi pada halaman itu.

Dalam konteks link internal, semakin panjang rangkaian link dari home page menuju halaman web tertentu, semakin kecil aliran PageRank yang didapatkannya. Akibatnya semakin “jauh” sebuh halaman web dari home page biasanya semakin buruk performa SEO-nya, semakin rendah ranking-nya.

Karena itu saat menata struktur website dan mengatur link antar halaman di dalam website, selain kenyamanan pengunjung dalam menjelajahi website untuk mencari dan menemukan informasi  yang dibutuhkannya, perhatikan pula aspek PageRank yang turut mengalir melalui rankaian link itu.

Struktur link bukan hanya memandu pengunjung menjelajahi website tapi juga mengatur distribusi PageRank di dalam website.

Ada beberapa instrumen website yang dapat digunakan dalam menata link antar halaman web di dalam website:

Menu: Menu merupakan instrumen navigasi standar yang digunakan untuk menghubungkan halaman-halaman di dalam website dalam bentu struktur bertingkat yang semakin jauh dari home page semakin melebar. Dari sisi kontekstual konten biasanya tersusun berjenjang dalam rangkaian topik, sub-topik, sub-sub-topik, dan seterusnya. Persis bagan struktur organisasi yang sering kita lihat pada dinding kantor kelurahan.

Related Pages: Biasanya sering digunakan dalam website berbentuk blog atau berita. Ditata dalam satu bagian khusus dengan judul seperti “related post” dalam blog atau “related news” pada portal berita. Selain bermanfaat bagi pengunjung, pola ini juga memandu search engine untuk menelusuri halaman-halaman dalam website yang kontennya secarw kontekstual berkaitan erat.

Sitemap: Sitemap adalah halaman khusus yang berisi link langsung menuju semua halaman web yang ada di dalam website. Kurang lebih seperti “daftar isi” pada buku. Sangat bermanfaat untuk website-website besar denga jumlah halaman web sangat banyak. Saking banyaknya sampai sebagian halaman sulit ditemukan melalu “jalur normal” seperti menu. Website seperti ini biasanya menyediakan fasilitas pencarian ala search engine untuk mempermudah pengunjung. Sayangnya robot penjelajah search engine tidak bisa menggunakan fasilitas ini.

Link dalam konten: Sering terlewatkan padahal manfaatnya dari sisi SEO sangat besar. Mengapa? Karena anchor text untuk linkmyang disisipkan dalam konten langsung terkelilingi konten yang memiliki relevansi tinggi, tidak terpisah jauh dalam kotak tersendiri. Mungkin agak sulit ditemukan pengunjung biasa kecuali dia membaca isi seuruh halaman dengan seksama. Tapi bagi robot penjelajah search engine bukan masalah berarti.

Outbound Link untuk SEO

Haruskah kita membuat outbound link? Apa keuntungan buat kita kalau membuat link keluar ke website lain? Bukankah justru memberi jalan bagi pengunjung untuk keluar dari website kita?

Di kalangan praktisi SEO, outbound link ini juga sering menjadi perdebatan. Terutama karena banyak yang meyakini kalau outbound link juga mengalirkan PageRank keluar. Artinya mengurangi PageRank di website kita. Artinya mengurangi kekuatan untuk mendapat ranking tinggi.

Lalu muncul istilah “PageRank hoarding”, praktek mengumpulkan PageRank sambil menutup semua celah yang memungkinkan PageRank bocor keluar. Ada juga “PageRank channeling”. Praktek memberikan aliran PageRank untuk website-website tertentu melalui outbound link. Pastinya nggak gratis.

Pada saat secara logis, misalnya dengan alasan keterkaitan kontekstual, outbound link diperlukan, kebocoran PageRank bisa saja dieliminasi dengan menggunakan atribut nofollow. Atribut yang dapat dipasang pada link ini mengarahkan search engine agar mengabaikan link itu, jangan diikuti, jangan dibagi PageRank.

Sayangnya kemudian banyak digunakan praktisi SEO secara berlebihan sehingga lagi-lagi membuat kuping Google berdiri. Akhirnya Google mengambil langkah khusus dengan menerapkan update algoritma berjudul PageRank evaporation (2009).

Ada beberapa teori yang digagas sejumlah praktisi dan pakar SEO terkemuka yang kemudian mengerucut pada tiga teori berikut:

  • Batasi jumlah outbound: Dasar teori ini adalah keyakinan kalau teori kebocoran PageRank akibat outbound link memang benar adanya dan masih berlaku. Meskipun begitu kita juga banyak melihat situasi yang kontradiktif, ada halaman web yang memuat banyak outbound link tapi tetap mendapatkan rabking tinggi. Halaman-halaman pada situs Wikipedia misalnya. Kesimpulan teori ini kalau memang diperlukan dan secara alami masuk akal, outbound link bisa dipasang. Tapi jangan banyak-banyak.
  • Batasi penggunaan atribut nofollow: Memasang atribut rel=nofollow attribute pada outbound link mengarahkan search engine untuk tidak mengalirkan PageRank kita ke website lain melalui link itu. Wajar kalau kemudian kita berfikir untuk memasang atribut itu pada semua outbound link. Tapi seperti banyak hal lain dalam SEO, overoptimizing alias optimisasi berlebihan selalu membawa efek negatif. Dalam kasus nofollow, penggunakan secarw berlebihan justru membuat kita terlihat seperti mempraktekan PageRank hoarding. Jadi sekali lagi, kuncinya tetaplah alamiah. Sebagian outbound link memakai nofollow, sebagian tidak.
  • Website berkualitas biasanya memiliki link ke website berkualitas juga: Teori ini darang dari kenyataan bahwa sebagai sebuah informasi, memberikan link sama pentingnya dengan menerima link. Outbound link sama pentingnya dengan inbound link. Kita melihat banyak contoh dimana website-website berkualitas terhubung dengan website lain – baik outbound maupun inbound – yang berkualitas juga. Kenyataannya website berkualitas tinggi mungkin mendapat banyak inbound link dari website berkualitas rendah, tapi tidak sebaliknya. Website berkualitas tinggi tidak terhubung secara outbound dengan website berkualitas rendah. Mengikuti pola ini, kita bisa membangun kesan kalau website kita berkualitas tinggi dengan membuat outbound link ke website-website berkualitas tinggi.

Bagaimana implementasi dari ketiga teori mengenai outbound link di atas?

Sederhana saja. Outbound link harus ada tapi (1) Jangan banyak-banyak. (2) Jangan semua pakai nofollow, sebagian saja. (3) Buat ourbound link ke website berkualitas saja, kalau merasa perlu membuat backlink ke website berkualitas rendah, lihat poin kedua.